Jumat, 21 September 2018

Nash Information Service in Forbes


Karya Asa Do'a Ewi

5.11 AM · 21 Sep 2018
Yang unik dr diri ini adalah... Selalu ada momen utk kembali realistis ttg siapa saya di dunia nyata. Tapi lucunya, ketika dijalani kepala saya suka blank. Untung msh ada
@movienumbers dan @wef yg mjd kesibukan, meski kesannya tolol krn tak hasilkan apa2.
#diaries40

Diceritakan karena kesalahan Mike, Oozma Kappa dibuat malu. Kesalahan ini terjadi karena Mike gak mau Oozma Kappa dianggap Nerd. Padahal, itulah jati diri mereka.

-----

This is Nash Information Service.

There are 2 website:
The Numbers, a leading destination for information on movie finances.
OpusData, a data service that allows our clients.

Bruce Nash, founder and president of Nash Information Services, which owns The Numbers.
CATATAN: Adalah suatu kehormatan bagi @MovieNumbers bisa masuk @Forbes. Btw, seharusnya bukan “Vice President of @Movienumbers”, tapi “Vice President of Nash Information Service”. Lalu struktur organisasi-nya dibagi 2, yang satu ngurusin @MovieNumbers, satu lagi ngurus “Opus Data”. Struktur masing-masing, bisa pakai CEO atau bahkan model PEMRED. Tapi karena ini urusannya teknologi, memang CEO paling pas. Mengingatkan tentang “scene” di film “The Social Network”. Apa visi dari “Nash Information Service”? Pengennya semua data keuangan perfilman dunia masuk ke website, agar iklim perfilman dunia menjadi sehat. Pengennya, lho. Tapi sekali lagi, yang begini nggak bisa mengarah ke hukumnya “wajib”. Setelah belajar dari momen “Crazy Rich Asians”, saya jadi mengerti bahwa website ini berguna bagi pertukaran informasi para pebisnis film di dunia. Paling tidak jadi tahu, bahwa film A laku-nya di Tiongkok, tapi nggak laku di Amerika Serikat. Ada juga film yang laku keras di Amerika Serikat, namun nggak cocok untuk karakter penonton di Tiongkok. Hal yang sama juga berlaku untuk negara lain, termasuk Indonesia. Darimana “Nash Information Service” dapat uang? Ada yang dari donasi, ada juga yang dari Clients (setahu saya). Apa pengaruh Nash Information Service terhadap perfilman di Indonesia? Yang paling berasa adalah perkara “Daftar Negatif Investasi” yang beberapa tahun lalu pernah dibahas (terkait Pansus UU Perfilman). Dengan hasil (salah satunya) pengembangan industri hilir perfilman Indonesia dengan menambah jumlah bioskop. Terlepas dari masalah President, Vice President, CEO, dsb. Secara sederhana, Nash Information Service adalah pekerjaan yang biasa disebut konsultan. Salah satu keywords favorit dari pekerjaan ini adalah “Bankability Index”. Yang unik, sampai detik ini saya masih belum tertarik menjual Nash Information Service ke bos-bos @Forbes, dengan alasan, agar tetap berimbang. Tapi kalau menerima donasi dari mereka, yaaa… Rasanya itu sebuah kehormatan yang luar biasa. Belum paham, ke depan akan gimana strategi website ini supaya bisa lebih greget lagi. Yang jelas, bisa masuk @Forbes saja sudah luar biasa. (Wurry Parluten | Gelumbang, 21 September 2018 | 19.08 WIB)

-----