Rabu, 23 Juni 2021

Sustainable Economic System: Penjelasan


Semua bermula ketika dunia heboh dengan #ImpactOfTheCovid19Pandemic, kemudian muncul #GreatResetInitiative yang berasal dari "The Great Reset"-nya World Economic Forum. Saya pun mulai bertanya-tanya, apa sebenarnya yang harus kita lakukan jika dunia mengalami problem seperti tahun 2020 kemarin? Gita Gopinath memandu ingatan, dimana saya pernah diskusi tentang situasi kondisi terkait Perang Dunia. Kemudian di kehidupan sehari-hari, saya pun jadi ingat cerita seorang Mamang tentang sulitnya kondisi di tahun 1965, yang saya kumpulkan lewat hashtag #RepublikIndonesia1965. Lalu muncul tweet @yan_widjaya yang buat saya cukup menyejukkan, intinya, jika kita berhasil melewati tahun 2020 dengan selamat, maka (bisa disimpulkan) berhasil pula melewati ujian berat. Ini juga yang menjadi inspirasi saya bergulat dengan tagar IG #CeritaBuKikien sepanjang tahun 2020 lalu. Sambil malamnya, coba mencari-cari keyword yang pas guna menyiasati hidup.
-----
Siapa sangka waktu setahun saya habiskan dengan belajar tentang esensi hidup (katakanlah begini). Seperti terkait masalah uang, dimulai dari tagar twitter #78Busd hingga saat ini berada di level #700QtUSD. Bukan perkara uang tersebut ada atau tidak, tapi pengetahuan tentang imajinasi moneter inilah yang mahal. Saya sadar betul bahwa sampai mati pun nggak akan masuk level Top 10 "Real Time Billionaires - Forbes", maka saya berfikir, apa yang harus saya tinggalkan dalam sejarah dunia terkait pandemi Covid-19? Jawabannya adalah "Sustainable Economic System".
-----
Kata "sustainable" berasal dari "Global Goals"-nya PBB, target pencapaian adalah tahun 2030. Lalu pencarian keyword berlanjut ke istilah pada tagar twitter #BandulEkonomi, alias Ekonomi Pancasila. Ya, coba mengenal ekonomi di negara sendiri dulu. Kemudian ada masa dimana lelah melanda, terutama berkaitan dengan isu Covid-19 yang terus-menerus menerpa. Bukan hanya saya, lho. Nyaris seluruh dunia letih dengan ke-tidak-pasti-an. Untuk memancing penggambaran teori, maka saya coba memahami pendekatan "perpetual motion", melanjutkan "bandul ekonomi" tadi. Muncullah kemudian tagar #PerpetualEconomicSystem, yang tanpa sengaja mengembalikan ingatan ke kisaran tahun 1996-1997 tentang "utopia". Bahwa sebenarnya utopia harus tetap ada, karena dibutuhkan untuk memunculkan harapan hidup. Sehingga muncullah istilah post-Covid, recovery, dsb.
-----
Makin saya coba memahami era ini, kian dalam pula saya menemukan istilah unik, yang menurut saya, perlu cara mudah agar bisa dipahami banyak orang. Mulai dari hashtag #SurvivalSkillsToSustainLife hingga #10BasicNeeds. Sekarang saya bisa sedikit membuat kesimpulan dari pencarian panjang pembelajaran ini, yaitu...
-----
#SustainableEconomicSystem terdiri dari Makro dan Mikro. Makro, intinya seputar #AutomaticStabilizerEconomy. Jadi kalau ada kejadian mendadak seperti isu global tentang pandemi Covid-19, mesin ekonomi otomatis akan menciptakan kestabilan. Intinya, stabil. Harga-harga bahan pokok stabil, kondisi sosial stabil, keamanan stabil, dsb.
-----
Mikro, adalah pendekatan yang menjadi pilihan bagi para individu dalam menyiasati hidupnya. Dimulai dari pendekatan #SelfSustainability hingga #FinancialIndependence. Contoh self-sustainability, bisa di-cek pada akun @RobJGreenfield (RG). Sedangkan financial independence, pantengin saja orang-orang yang ada di "Real Time Billionaires - Forbes" (RTBF), bisa belajar banyak dari sana. Sementara Juragan Ruko, Sultan, dsb itu ada di tengah-tengah antara RG dan RTBF.
-----
Dan yang paling penting, teori ini tidak mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Pendekatan yang dipakai adalah #BukanBenarSalah.
-----