Jumat, 27 Januari 2017

Iwak Peyek dari Sonoageng




DURASI:
30 Menit

KATEGORI:
Dokumentasi Perjalanan

FILMMAKING BY:
Suparman
Wurry Parluten

PEREKAMAN:
2012

EDITING:
2017

Akhirnya, setelah 5 tahun saya baru bisa mengedit ulang footage ini. Saya merasa, karya ini bukan termasuk dokumenter, mungkin lebih tepat disebut dengan istilah "dokumentasi perjalanan". Karena pada prinsipnya rekaman ini adalah milik keluarga. Berhubung saya jarang melihat rekaman dalam bentuk yang agak lain dari keyword "Nyadran" dan "Sonoageng", saya pikir nggak ada salahnya mem-publish ini di youtube.

Ini sebenarnya bicara masalah teknologi, sebab dalam beberapa minggu ini saya coba menggabungkan antara proses editing gaya lama (laptop) dengan gaya anak sekarang (mobile phone). Saya rasa ini cukup lumayan setelah diajarkan oleh anak saya.

Sebenarnya saya kurang paham dengan hal-hal berbau "budaya", yang ada di pikiran saya waktu itu  hanya menemani Ayah ke tempat Mbah Buyut (leluhur). Jika 6 bagian "Iwak Peyek dari Sonoageng" ini cocok sebagai tontonan kearifan lokal, berarti karya ini (mungkin) termasuk kategori dokumenter. Jika tidak, ini hanya dokumentasi biasa dari kacamata orang yang nggak ngerti apa-apa tentang budaya daerah tersebut.

Poster di atas saya pilih agar lebih mudah dicerna oleh publik, itu juga berhubungan dengan judul tentang "Iwak Peyek". Font "berdarah" itu lebih ke eye cacthing, soalnya taste yang saya rasa di lokasi memang berkesan "mistis" (maksudnya lokasi kuburan).

Tadinya saya hendak menyebut genre karya ini sebagai DOKUMENTEROR, dimana arti genre tersebut adalah "antara dokumenter dan horor", semacam genre ngambang (lucu-lucuan). Soalnya, banyak juga adegan diambil di kuburan,  dan itu nyambung dengan poster yang kesannya berdarah-darah.

Kira-kira begitulah hasilnya, yang mana sambil membuat karya ini saya teringat teori zaman kuliah "to see what you want to see", lupa saya siapa yang ngomong begitu.

Semoga berguna!