Kosmos diambil dari kata bahasa Inggris "cosmos", yang berarti "semesta" (universe). Perbedaan cosmos dan universe dilihat dari cara berfikir, jika kita memakai pendekatan kosmos, maka kita berfikir tentang semesta dari sudut pandang yang lebih kompleks. Namanya juga anak komplek, beda sama anak kampung. Gaya lu, Tong!
-----
Saya tertarik dengan pendekatan ini karena teringat cita-cita waktu kecil, ingin jadi Astronot, yang mana sampai detik ini belum pernah ada orang Indonesia berhasil mewujudkannya, dengan turut serta pergi ke luar angkasa, minimal ISS (International Space Station). Di sisi lain, saya juga menemukan video terkait cosmic's eyes, yang menurut kesimpulan saya, menjadi semacam penawaran bagi dunia untuk menyeragamkan sudut pandang tentang kosmik. #MenurutSayaLho
-----
Hal menarik lain yang saya temukan adalah tentang lawan kata dari "cosmos", yaitu "chaos", yang kalau diterjemahkan dari bahasa Inggris, chaos kira-kira berarti "keadaan hampa sebelum proses penciptaan alam semesta". Itu jikalau kata chaos dilihat dari kacamata "cosmogony", namun bila diterjemahkan secara kata biasa sehari-hari, chaos berarti "kekacauan". Sedangkan "cosmos" (bisa dibilang) adalah cara kita dalam memahami alasan, mengapa kita "ada". Sederhananya kira-kira, chaos itu berarti "hampa" (bukan kosong, ya), sedangkan cosmos itu "ada". Mengapa semesta ini ada, padahal (konon) dulunya hampa? Kira-kira begitulah.
-----
Asyiknya bagian ini adalah saat dihubungkan dengan sisi religi. Maka muncullah mitologi agama, seperti kisah Adam dan Hawa yang selama ini kita kenal. Seperti pertanyaan, mengapa kita sampai ke dunia, padahal tadinya kita hidup enak di Surga? Di satu sisi mau mengutuk, gara-gara si Adam dan Hawa sialan, nih, kita jadinya susah hidup di dunia. Padahal kalo di Surga, hidup serba enak. Namun di sisi lain, gak bisa juga kita mengutuk Adam-Hawa, kalo bukan karena mereka, kita gak akan ada di dunia. Lagipula Adam itu nabi pertama, takut kualat nantinya.
-----
Namun jika dilihat dari sudut pandang science, akan terarah ke teori "ledakan dahsyat" (The Big Bang/TBB). Lalu urusannya berlanjut ke hal-hal terkait proses evolusi "homo sapiens", sampai ke yang detil seperti urusan DNA-kloning, dsb, dsb. Tapi yang bikin geregetan adalah, tentang proses mempertanyakan TBB. Saya menemukan hal unik, yang saya simpan pada hashtag twitter #EverywhereStretchTheory. Kesan yang saya dapat, seperti mempertanyakan, darimana tim TBB yakin bahwa proses penciptaan (seakan) dimulai dari satu titik? #KesannyaBegitu
-----
Inilah yang seru dari pendekatan "science knowledge" (SK) dan "religious knowledge" (RK). Yang enak tuh kalau keduanya saling mengisi, yang tidak enak ialah di saat agama dan science berbenturan. Makanya kalo "Pemikir" merenung (atau mungkin melamun), sudut pandang RK akan menganggap "kesambet", padahal kalau dilihat dari sisi science, bisa jadi dia lagi nungguin "apel jatuh" ala Isaac Newton. Yang penting sepakat dulu, bahwa pendekatan cosmos dipakai agar tidak chaos. Maka disimpulkan dengan tagar #yesCOSMOSnoCHAOS.
-----
Balik lagi, #BukanBenarSalah. #cmiiw
=====
Hashtag Twitter Lain:
#ScenarioOfUniformUniverse
#JustSapiensUniverse
-----