Kamis, 06 Juni 2024

Listrik Padam


Kamis, 6 Juni 2024. Saat memulai paragraf ini, waktu menunjukkan pukul 00.27 WIB. Keadaan sekitar gelap, karena listrik mati / listrik padam (power outage). Penjual nasi goreng di seberang pun mulai berkemas untuk tutup dengan memanfaatkan lampu emergency. "Sepi," teriaknya dari seberang jalan, usai saya tanya perihal jumlah pembeli. Jadi teringat tulisan yang saya baca tadi siang, dimana ada poin yang menjelaskan bahwa listrik sudah menjadi kebutuhan primer. Benarkah?

Maka pikiran ini berkelana ke puluhan tahun lalu saat Indonesia masih berada di masa Orde Baru, zaman itu, kampung kami ini masih mengandalkan listrik tenaga diesel. Lokasinya tak jauh dari rumah, tepatnya di tempat kami dulu biasa mandi berenang di anak sungai. Pada waktu itu jadwal listrik hanya ada di malam hari, siang hari listrik padam. Kecuali di hari minggu, dimana listrik hidup sampai siaran TVRI selesai. Ini adalah masa dimana "Si Unyil", "Ria Jenaka" dan "Selekta Pop" menjadi acuan tren.

Karena memakai tenaga diesel yang mesinnya besar, maka mati-hidupnya listrik bergantung dengan pengurus PLN, ruang lingkupnya pun sekitaran kampung. Kalo nggak salah, dalam momen-momen tertentu bisa dipesan listriknya hidup pada siang hari, asal ada biaya pengganti solar.

Lanjut menulis sekitaran pukul 09.00 WIB...

Jika dibandingkan dengan sekarang dimana listrik PLN hidup 24 jam, kampung / desa tidak lagi menentukan mati-hidupnya listrik. Semua sangat bergantung dengan jaringan yang sudah ditata sedemikian rupa, bahkan konon memakai tol listrik. Jika ada masalah di titik tertentu pada jaringan tersebut, maka akan berdampak ke wilayah lain, seperti halnya kejadian yang khabarnya dialami di berapa wilayah Sumatera ini. Mulai dari Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Medan, Bangka-Belitung, bahkan Aceh, menurut pemberitaan di beberapa media online. 

Kebergantungan pada jaringan ini tidak bisa dihindari, karena tujuan PLN (Perusahaan Listrik Negara) adalah menyediakan listrik murah untuk masyarakat. Jika diingat-ingat, ini ada hubungan dengan pasal 33 UUD 1945, yang mana menjadikan PLN sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara). 

Lalu, apakah sebuah desa/kampung bisa mengaplikasikan jaringan listrik secara mandiri? Ini jadi hal menarik untuk ditelaah, karena kebutuhan akan daya listrik ini terus bertambah seiring dengan munculnya tren kendaraan listrik yang khabarnya berhubungan dengan permasalahan "net zero".


Menurut saya, jaringan listrik ini terbagi dua, antara lain: 

1. Jaringan listrik negara, yaitu listrik yang mengandalkan PLN;

2. Jaringan listrik pribadi/komunitas, yaitu jaringan yang dibuat khusus di rumah pribadi/wilayah tertentu.


Sebagai contoh cerita dari seorang Pemilik Toko yang sadar betul, bahwa jaringan PLN di daerah dia tidak bisa diandalkan. Sebab ketika listrik padam tanpa pemberitahuan, ada banyak kerugian yang dia derita. Oleh sebab itu dia berinisiatif menggunakan tenaga surya untuk keberlangsungan usahanya. 

Yang unik, ketika siang hari toko buka, dia justru mengandalkan listrik dari tenaga surya. Alasannya sederhana, "Biar pikiran tenang!". Listrik negara dari jaringan PLN, dia gunakan di malam hari saja, untuk pemakaian pribadi.

Ada lagi masyarakat yang memakai genset, jadi jika listrik padam tanpa pemberitahuan, mereka menggunakan genset sebagai pengganti. Di beberapa daerah, dimana listrik sering "byar pet", penggunaan genset adalah hal yang lumrah. Bahkan ada toko khusus yang menjual genset, sebab sudah terbiasa dengan kondisi yang ada. Sekarang malah teknologi genset pun sudah ada yang memakai tenaga surya, jadi tak perlu diisi pakai BBM.

Terus dalam suasana riuh akibat listrik padam di wilayah Sumatera ini, muncul juga pemberitaan bahwa IKN (Ibu Kota Negara) sudah mempersiapkan rencana untuk upacara 17 Agustus nanti. Khabarnya, mereka akan memakai PLTS (Perusahaan Listrik Tenaga Surya) di bawah naungan PLN.

Listrik telah menjadi kebutuhan, untuk pelaku usaha yang mengandalkan listrik, ini bahkan menjadi kebutuhan primer. Jika terjadi pemadaman tanpa pemberitahuan, hal yang sering menjadi pertanyaan di masyarakat adalah "kompensasi" terkait kerugian ekonomi. 

Tapi, jika merasa usaha kita tak bisa terus-menerus mengandalkan jaringan PLN, bisa mencoba bikin jaringan listrik komunitas atau bahkan pribadi. Melihat beberapa video di YouTube, bahkan ada yang sampai 24 jam tanpa listrik dari PLN, full pakai tenaga surya pribadi. Menurut saya, gimana baiknya saja-lah.

Oh ya, semalam listrik menyala kembali sekitaran pukul 01.00 WIB dini hari.

-----