Suatu kali saya tak sengaja membaca sebuah artikel tentang kebahagiaan, yang intinya, bahwa "kebahagiaan itu adalah sekarang", bukan masa lalu, atau bahkan masa depan. Dalam bahasa Inggris kalimatnya menjadi "happiness is now", membuat saya tersadar dan mengalihkan perhatian dari "gawai" (gadget) untuk kemudian memandangi sekitar. Muncul kesan di benak saya, bahwa pada prinsipnya kalimat tersebut benar. Now (sekarang) ialah saat yang tepat untuk menyadari bahwa diri sedang berada dimana dan sedang apa. Entah bagaimana ceritanya, taste yang saya rasakan justru mengarah ke rasa "syukur", mungkin ini ada kaitannya dengan makna yang terkandung di dalam kalimat happiness is now tersebut. Sebuah kalimat yang mengajak saya kembali sadar akan kebesaran Yang Maha Kuasa serta betapa kecilnya diri ini sebagai hamba-Nya.
Saya pun teringat kembali akan beberapa kenangan di masa lalu terkait dengan tema kebahagiaan tersebut. Lantas, memori di kepala ini memilah, mana yang disebut "kenangan indah" dan mana yang bukan. Semakin saya telaah, ternyata pada saat menjalani kenangan yang disebut indah itu, saya masih merasa kurang bahagia. Ada konflik, ada ketakutan, ada rasa khawatir, dsb. Terkadang saya memaksakan diri untuk mengembalikan kenangan tersebut ke kondisi sekarang, namun yang terjadi justru jauh dari apa yang saya harapkan. Kenangan itu tak bisa beradaptasi dengan kondisi saat ini, malah saya berasa risih. Bahkan tidak jarang kenangan itu justru mengganggu pola pikir saya dari sekarang ke depan.
Happiness is now sepadan dengan kalimat "the show must go on". Mungkin dalam keseharian kita akan ditakut-takuti dengan tema "madesu" (masa depan suram), kemudian harus begini, lantas harus begitu. Tapi perlu juga diingat, seberapa hebat kita menyiapkan masa depan, tetap masa depan itu adalah misteri, tidak ada yang disebut dengan "pasti". Bagi saya pribadi, mumpung diberi kesempatan menikmati "now", atur nafas sambil ucapkan kalimat syukur. Nggak ada yang lebih indah dari sekarang dan saat ini. Alhamdulillah.
Inspirasi Khotbah Jum'at
24 November 2017
Masjid Nurul Yaqin
desa Kayal, Sigam
AKHLAK-MU MENCIRIKAN AGAMA-MU